10 Februari 2010

Pengaruh (Negatif) Facebook adalah Tanggung Jawab Kita Bersama

Agak gerah juga mendengar – dan membaca serta memperhatikan – berita tentang jejaring sosial Facebook (yang biasa disingkat FB) dengan segala problematika penggunanya, Setelah dua minggu lalu gadis ABG di Bogor terkena tuntutan 5 bulan penjara karena “pencemaran nama baik” temannya melalui status Facebook, kemudian seorang mahasiswi di Gorontalo juga berurusan dengan pihak kepolisian karena “mencaci” institusi polisi via FB. Dan kini, dihebohkan “penculikan” gadis dibawah umur oleh sesama pengguna FB.

Memang, apa yang dilakukan Marietta Nova Triani, gadis 14 tahun asal Sidoarjo, yang melarikan diri dari rumah tantenya di Tangerang bersama teman laki-lakinya – Ari Power, 18 tahun – yang baru dia kenal di Facebook, sudah diluar batas-batas kewajaran. Nova dan Ari yang selama ini hanya berkomunikasi via FB baru sekali ini bertemu, tentu berlebihan kalau begitu ketemu sudah berani lari dari keluarga, apalagi sampai (mengaku) melakukan hubungan suami istri sebanyak 3 kali dalam pelariannya.

Belum lagi kasus Nova tuntas, kini muncul lagi gadis ABG, Stefani Abelina Tiur Napitupulu, yang baru duduk di kelas 1 SMAN 22 Surabaya menghilang dari rumahnya – yang diduga – bersama teman laki-laki yang dikenalnya melalui Facebook. Dan kabar terakhir, Abel berada di Jakarta, kota tempat teman FB-nya tinggal.

Memang, beberapa komentar yang muncul – terutama yang ditulis para pengguna FB saat berdiskusi masalah ini – rata-rata “membela” jejaring sosial ini tidaklah dapat disalahkan. Tetapi, justeru para pemakai FB-lah yang kurang bisa memanfaatkan sarana tehnologi komunikasi via internet ini. Mestinya, kalau dipergunakan untuk kepentingan yang tepat, FB akan banyak manfaatnya, begitu beberapa kesimpulan yang aku baca di salah satu forum komunitas.

Yup.., untuk beberapa hal, aku setuju dengan pendapat tersebut. Tetapi, dengan syarat, para pemakai FB adalah orang-orang yang memahami fungsi dan tujuan jejaring sosial ini diciptakan. Pertanyaannya, berapa orang sih dari pengguna FB yang bisa memanfaatkan dengan benar? Karena, mayoritas pengguna FB di Indonesia rasanya masih didominasi anak-anak ABG, yang kemampuan dan pemahaman teknologi informasi macam internet ini tidak begitu banyak.

Sehingga, ketika mendapat “mainan” baru, terjadi sebuah gegar-budaya pada para ABG tersebut, seolah-olah inilah wahana yang membuat mereka seperti bebas berkomunikasi dengan siapa saja, tanpa pernah memikirkan dampak negatifnya. Tidak salah, karena yang lebih paham pun sangat jarang memberikan “pengertian” kepada mereka, baik itu para guru, orang tua, lingkungan (termasuk para penjaga warnet dan pemiliknya).

Jujur saja, dari sekitar 1.600 teman account FB-ku, hampir 850-an masuk kategori ABG – seusia SMA dan mahasiswa baru – yang tak segan-segan aku tegur ketika mereka keterlaluan dalam memanfaatkan FB-nya, melalui fasilitas chat. Seperti menulis ‘status hubungan’ yang lebay, berantem dengan pacarnya di wall, atau juga melayani ”keluhan” mereka dengan sabar (dan memberikan solusi jika memungkinkan).

Intinya, ya kita – yang merasa sudah mampu mengendalikan diri dalam menggunakan FB – inilah yang harus memberikan pemahaman pada mereka, dengan berbagai macam cara yang bisa kita lakukan. Meski tidak bisa menjangkau semuanya, setidaknya orang di sekitar kita sudah bisa kita “selamatkan” dari ancaman negatif yang ditimbulkan Facebook. Indah bukan ?
***
sumber foto: Harian Warta Kota