09 Agustus 2011

Wisata Religi: Masjid Al Hikmah yang Unik Berarsitektur Bali



Di mana langit dipijak di sana langit dijunjung. Pepatah itu dengan arif diterapkan umat Muslim di Bali. Warga Muslim di kawasan Kertalangu, Denpasar membangun masjid dengan menerapkan arsitektur Bali dan dihiasi ukiran khas Pulau Dewata.

Masjid yang paling unik karena dihiasi ukiran Bali ini dinamakan Masjid Al-Hikmah. Masjid yang berukuran 20 x 20 meter ini berdiri di Jl Soka, Kertalangu, Denpasar.

Nuansa Bali sangat kental di masjid ini. Dari depan, dibangun gapura khas Bali yang dipenuhi ukiran. Gapura ini sangat lazim dibangun di depan pura.


Bahannya terbuat dari pasir hitam yang dipenuhi pahatan dan ukiran Bali, seperti bentuk naga dan rerambatan. Di beberapa bagian gapura, terdapat ornamen kubah yang menyatu dengan pahatan. Pagar masjid pun layaknya sebuah pura yang dipenuhi pahatan khas Bali.

Masuk ke halaman masjid, terdapat pahatan nama masjid pada sebuah tembok yang memadukan tulisan Arab dan Bali. Nuansa Bali kian terasa di dalam masjid. Tiang kayu (saka) yang diukir indah berdiri tegak mengelilingi ruangan bagian dalam masjid.

Daun jendela yang berbentuk kubah terbuat dari kayu yang penuh ukiran khas Bali. Bahkan daun pintu masuk ke ruangan utama pun terbuat dari kayu berukir indah. Hanya saja, daun pintu yang telah terukir ini belum terpasang. Beberapa tiang di ruang utama pun dilapisi perak yang bermotif ukiran Bali.

Ketua Masjid Al-Hikmah Saiful Ridlo menuturkan, pembangunan masjid bernuansa khas Bali di Soka sebagai bentuk toleransi dan sikap menyama braya (persaudaraan) antara umat Hindu dan Islam.

"Kami mengamalkan falsafah hidup di Bali, yaitu menyama braya dengan lingkungan. Sebagai bagian dari masyarakat Bali, masjid disesuaikan dengan budaya lokal. Jika kita mengambil konsep Timur Tengah terlalu jauh dan tak menyatu dengan lingkungan," kata Saiful.

Masjid Al Hikmah awalnya dibangun pada 18 November 1978. Masjid ini diresmikan oleh Bupati Badung saat itu, IDH Oka. Awal dibangun, masjid ini berukuran 12 x 12 meter dan bisa menampung 200 orang.

Pada tahun 1998, masjid ini direnovasi dengan menyerap arsitektur Bali. Dengan konsep Bali yang dimunculkan oleh Almarhum KH Wasik Abu Ali yang saat itu menjabat sebagai Ketua MUI Bali dan Haji Sunarso pembanguan di mulai.

Dalam pembangunan masjid, untuk membentuk ukiran yang rumit dikerjakan oleh pekerja bangunan asli Bali. Selain bentuknya yang unik, beberapa umatnya dari 500 KK masih menggunakan nama asli Bali. Umumnya, mereka adalah warga asli Bali yang menjadi mualaf.

Beberapa umatnya yang masih menggunakan nama Bali, seperti Wayan Murtini, Wayan Muhammad yang berasal dari Gianyar, Wayan Sutama, dan Nyoman Ratna. "Ibu-ibu banyak yang masih menggunakan nama Bali," kata Saiful.

Nyoman Ratna, warga asli Singaraja dengan bangga masih menggunakan nama Bali. "Karena berasal dari Bali tetap pakai nama Bali," kata Ratna yang suaminya berasal dari Jember sambil menyajikan menu buka puasa.
***
sumber: ramadan.detik.com