
Memang sih, selama 80 menit awal, penonton dibuat sport jantung. Inter yang hanya bermain 10 (setelah Matterazi di kartu merah menit 30') pemain terus menerus bertahan dengan rapi, tanpa pernah memberi ruang gerak tukang gedor Liverpool di dalam petak penalti. Torres & Kuyt dari depan, Gerrard dari tengah, juga Babel dan Pennant dari rusuk kiri dan kanan, seperti berhadapan dengan tembok kokoh yang sulit di tembus. Mancini – pelatih Inter – nampaknya memang masih suka dengan gaya bertahan turun-temurun Cattenaccio khas Italia.
Untungnya, 5 menit terakhir kebuntuan bisa terpecahkan. Masuknya si jangkung Crouch – melengkapi dipasang 3 striker Liverpool sekaligus – membuat Inter kehabisan tenaga. Tendangan firs-time sambil menjatuhkan diri dari Kuyt (85’) di depan kotak penalti, memecah kebuntuan tanpa gol sebelumnya. Kedudukan menjadi 1-0 untuk Liverpool. Dan gol tambahan Gerrard (90’) yang benar-benar kelas dunia, dengan tendangan geledek dari luar kotak penalti, menembus sisi pojok kanan gawang Inter, menjadikan skor akhir 2-0 untuk Liverpool.
Lagi-lagi ini sebagai pelepas dahaga fans Liverpool, setelah kandas di Piala Charling dan FA Inggris, serta semakin menipisnya kesempatan untuk meraih Champion di kompetisi lokal musim ini. Mudah-mudahan Liverpool tahun ini masih bisa berjaya di Liga Champion. Minimal, bisa menyamai prestasi tahun lalu, menjadi finalis Liga Champion. Harus !
(Hasil lainnya, hari ini aku di kantor ngantuuuk banget…, hehehe….)