21 Januari 2009

Strategi Esia Menggaet Pasar Patut Diacungi Jempol

Terlepas perang tarif dan iklan – yang katanya sudah melanggar etika bisnis telekomunikasi dan periklanan – antar operator telepon seluler, ternyata ada hal yang menarik dari strategi bisnis mereka. Setidaknya, memanfaatkan moment dan segmen pasar tertentu, menjadi bagian yang paling digemari untuk mengeruk konsumen baru.

Esia misalnya, selalu “menemukan” moment yang pas untuk meluncurkan produk-produknya. Meski aku sendiri tidak pernah memakai produk ini (hehehe… udah terlanjur “kontrak” dengan Matrix dan Flexi sih!), tetapi aku kagum dengan kepiawaian Pak Erik Meijer – Wakil Direktur Utama Bidang Pemasaran Bakrie Telecom, yang juga suaminya Maudy Kusnaedi – untuk menjadikan Esia tetap eksis di kelas CDMA. Ide-idenya itu lho, kadang bikin kaget orang (dan memang sudah seharusnya begitu).

Kalau mau dirunut, sejak bulan Ramadhan silam Esia sudah meluncurkan berbagai produk bundle tematis, seperti Esia Hidayah (saat bulan puasa), Esia Kasih (saat hari Natal), Esia Slank (menjelang tahun baru), dan yang terakhir – diluncurkan minggu ke-3 Januari 2009 – temanya dalah EsiaFu (untuk menyambut Imlek).

Bocorannya, di bundle EsiaFu berisi fitur yang disesuaikan dengan budaya Tionghoa. Misalnya, fungsi fortune cookies yang menampilkan petuah bijak, aplikasi Feng Shui, dan juga (ini yang paling menarik!) diskon 50% untuk panggilan ke Singapura, Hongkong dan China. Untuk produk “terbatas” ini, menurut Pak Erik – aku ndak begitu kenal sih, tapi pernah ketemu pada suatu acara, saat beliau masih di Telkomsel dulu – menyiapkan 150.000 unit, yang semuanya sudah ludes terjual ke dealer.

Nah.., apakah produk ini bagus atau akan sukses di pasaran, tentu aku tidak akan membahasnya. Karena, seperti di awal tulisan ini, aku cuma “kagum” dengan strategi-strategi yang dijalankan Esia (atau Pak Erik Meijer?) selama ini. Itu aja, tidak lebih!



AddThis Feed Button