16 Mei 2008

Apa boleh buat, harga buku (akan) naik lagi

Sepertinya memang tidak bisa ditahan – untuk tidak naik harga – segala kebutuhan pokok maupun non-pokok yang ada di negeri ini. Baru akhir bulan April 2008 kemarin, agen koran yang saya langgani 4 tahun terakhir member selembar “surat cinta” yang berisi permakluman kenaikan harga langganan koran KOMPAS dan KONTAN, kini di koran yang diantar malah tertulis dengan rapi : Harga Kertas Tinggi, Harga Buku Naik 20%. Waduuuuh…..

Sumber beritanya jelas, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), yang memperkirakan harga buku buku umum akan segera naik hingga 20%. Pemicunya, kenaikan harga kertas yang melonjak tinggi. Kalau tidak menaikan harga, para penerbit yakin justeru mereka sendiri yang terkena imbas paling buruk seperti tahun 1998. Saat itu banyak penerbit yang terpaksa gulung tikar.

Realitanya, sejak awal Mei 2008 memang harga kertas di pasar internasional memang telah menyentuh US$ 1,100 per ton. Angka tersebut melonjak 37% dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni sekitar US$ 800 hingga US$ 850 per ton. Kenaikan harga kertas tersebut terpicu oleh penutupan sejumlah pabrik pulp di Eropa dan Amerika Utara yang mengakibatkan pasokan kertas di dunia kian seret.

Meski harga kertas tinggi, IKAPI tetap optimis bisnis penerbitan buku umum tetap berusaha bertahan. Caranya, dengan memasarkan stok buku yang masih ada. Sebab, ketersediaan stok itu untuk bertahan hidup. Usaha lainnya, dengan tetap mencetak buku buku yang laris manis di pasaran, misalnya novel-novel.

Seperti saya tulis di awal, lonjakan harga kertas juga berimbas ke industri percetakan dan grafis dalam negeri. Mereka jelas terancam stagnan tahun ini, menyusul kian sulitnya memperoleh pasokan bahan baku kertas. Dan kalau sudah begini, lagi-lagi pemerintah harus segera turun tangan. Minimal pasokan kertas dalam negeri tetap aman.
Dan bagi saya sendiri – yang tak mungkin menambah budget belanja buku bulanan – ya terpaksa memperbanyak baca bacaan di internet saja, hehehe…. (irit sih !)