15 Mei 2008

Televisi Edukasi, masih ada koq !

Mendengar televisi pendidikan, tentu ingatan kita langsung tertuju pada Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) – yang jaman aku SMA dulu (sekitar akhir 80-an) tayang sampai jam 1 siang – dengan materi pendidikan yang beragam. Tapi itu dulu, sekarang TPI bahkan tidak ada acara yang murni pendidikan (tapi namanya koq masih TPI ya ?).

Tapi nggak perlu khawatir, sekarang pun masih ada koq acara televisi yang berisi pelajaran sekolah. Salah satunya adalah Televisi Edukasi (TVE), sebuah program televisi produksi Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekom) Departemen Pendidikan Nasional.

Di Jakarta, rangkaian program TVE hanya bisa disaksikan lewat TVRI dan stasiun televisi swasta (Space Toon) dengan waktu tertentu. Di TVRI misalnya, tayangan ini hanya bisa disaksikan setiap hari Senin-Kamis, pukul 07.15 – 09.30 dan 14.15 – 16.30 wib. Yang berisi materi-materi siaran untuk siswa siswi SMP, yang bermateri bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika.

Waktu mengudara untuk menikmati siaran TVE di Space Toon malah lebih singkat lagi, yakni pukul 12.00 – 13.00 setiap hari. Menurut Kepala Sub Bidang Teknologi dan Komunikasi TVE (Kusdianto Hilman) siaran TVE sebenarnya lebih ditujukan pada para siswa yang berada di luar kota terlebih lagi di pelosok daerah. Tujuannya, untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama siswa di daerah terpencil seperti di Indonesia bagian timur.

Di TVE pelajaran yang ditayangkan adalah pendidikan formal berbasis kurikulum sesuai mata pelajaran, sedangkan program tayangan luar sekolah, yakni materi tata boga, tata rias, serta Paket A, B, dan C. TVE juga cukup pintar dalam meramu acara. Selain materi berisi pendidikan, juga ada selingan sinetron seperti Laskar Anak Bawang dan Geng Lima.

Sistim pendidikan lewat media ini banyak sisi positifnya. Mengutip ucapan Kak Seto Mulyadi – Ketua Komnas Anak – televisi edukasi bisa menjadi angin segar di tengah maraknya isu pendidikan. Minimal, dengan pemerintah memberlakukan standar kelulusan ujian nasional, daerah yang ada di pelosok bisa mengikuti pelajaran yang terstandar.

Sekarang, tinggal bagaimana masyarakat – baca : para pelajar dan pendidik – menyikapinya. Apakah sistim belajar melalui media televisi sudah bisa diterima sepenuhnya. Sebab, tidak ada alasan siaran TVRI tidak bisa diterima di pelosok nusantara. Benar tidaaak ?