30 Juli 2008

Akibat Berbuat Rusuh, Bobotoh Persib Dihukum Tanpa Atribut

Inilah sebuah pemandangan yang akan terjadi mulai bulan Agustus 2008, di pentas Indonesia Super League (ISL) 2008. Yaitu, warna biru di seluruh sudut stadion yang selalu menghiasi pertandingan persib Bandung dipastikan tidak akan terlihat hingga berakhirnya Liga Super Indonesia – nama lain ISL – berakhir. Menyusul pelarangan yang dikeluarkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI agar “bobotoh” tidak memakai atribut “Maung Bandung” selama setahun.

Larangan ini dilakukan menyusul kerusuhan yang dilakukan suporter Persib saat menjamu Persija Jakarta di Stadion Siliwangi, Bandung (Minggu, 20/7/2008). Pendukung fanatik Persib tak menerima kekalahan timnya saat takluk dari Macan kemayoran 2-3. Mereka melempar botol dan batu ke dalam stadion ketika pertandingan masih berlangsung. Kerusuhan itu sempat membuat pasukan Danurwindo harus meninggalkan arena dengan panser sesuai pertandingan.

Selain atribut, suporter Persib tidak boleh menyanyikan lagu yang menjelekkan tim lawan. Menurut Ketua Komdis Hinca Panjaitan, mereka boleh masuk stadion asalkan tidak memakai atribut Persib, baik pakaian, syal atau yang lainnya. Kalau mau pakai batik malah tidak dilarang.

Tak hanya suporter yang mendapat hukuman, pihak panitia penyelenggara pertandingan juga mendapatkan denda sebesar 50 juta rupiah karena dianggap tidak mampu meredam kerusuhan pada akhir pekan itu. Beruntung, Persib masih boleh menggelar pertandingan di kandangnya, dengan catatan ijin keramaian dari Polda Jawa Barat juga diberikan.

Fakta lainnya, juga didapat Komdis dalam pertandingan tersebut. Yaitu pemain Persib, Hariono, di menit ke-79 tertangkap kamera melakukan penganiayaan terhadap skuad Persija, Robertino. Alhasil, pemain tengah Persib yang diambil pelatih Jaya hartono dari Deltras Sidoarjo itu mendapat hukuman tiga kali tidak boleh bertanding dan denda sebesar 50 juta rupiah sesuai peraturan Komdis Pasal 61 Ayat 2 tentang penganiayaan.

Setidaknya, gambaran diatas makin menunjukkan, bahwa itikad PSSI untuk memajukan sepakbola nasional selangkah ke depan, nampaknya hanya isapan jempol belaka. Nama kompetisi yang mentereng dan persyaratan muluk-muluk yang diterapkan pada klub peserta, nyatanya tak diimbangi dengan kesiapan elemen lainnya. Kalau sudah begini, apa lagi yang akan dijadikan alasan bagi PSSI?








AddThis Feed Button