17 Desember 2008

Banjir, Selamat Datang di Kota Malang

Sabtu, 13 Desember 2008, sekitar jam 5 sore aku dapat sms dari adikku di Malang, “Mas, di Malang hujan deras banget dari tadi siang, gimana di Jakarta?” Dan seperti biasa pula aku jawab, “Nggak tuh, tadi sih memang sempat gerimis kecil”. Eeeh… beberapa jam kemudian, saat nonton berita di salah satu stasiun televisi swasta, diberitakan bahwa jalan-jalan utama kota Malang sebagian besar terendam banjir, setinggi 1 sampai 1,5 meter, setelah diguyur hujan terus-menerus selama 5 jam. Walaah…!

Memang biasa sih, hampir di semua daerah – di Indonesia akhir-akhir ini – kalo habis hujan deras, pasti muncul banjir. Di
Malang sendiri tiap tahun juga ada yang kebanjiran, tetapi hanya daerah tertentu, terutama yang ada di bantaran sungai. Lha ini, banjirnya merata banget, mulai dari Jl. Galunggung, Jl. Panderman, Jl. Bondowoso, Jl. Veteran, Jl. Sigura-gura, Jl. Letjen Sutoyo, Jl. A. Yani sampai Jl. Raya Dieng dan Jl. Ijen.

Sebenarnya, kalau melihat pesatnya perkembangan kota
Malang saat ini, munculnya banjir sudah bukan hal aneh lagi. Pembangunan gedung dan pertokoan (mall) seperti membabi-buta melibas lahan kosong yang dulu masih banyak di kota Malang. Sampai muncul pameo: Kalau dulu Malang dikenal sebagai Makobu (Malang Kota Bunga), sekarang Malang sudah menjadi Makoru (Malang Kota Ruko).

Belum lagi menjamurnya perumahan di seputaran kota
Malang, yang aku sendiri ndak tahu, kenapa begitu banyaknya muncul perumahan baru, apakah warga Malang memang membutuhkan komplek perumahan sebanyak itu? Dan data statistik menunjukkan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota Malang jauh berkurang, yang awalnya 7.160 hektar (dari luas kota Malang yang 11.006 hektar) di tahun 1994, menjadi 6.367 hektar di tahun 2002. Entah, tahun ini tinggal berapa hektar lagi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Malang.

Cuma, aku sedih aja melihat kenyataan ini. Setidaknya, aku lahir dan (pernah) besar di kota ini. Dulu.., setiap pagi masih bisa melihat kabut turun setiap pagi, kini sudah berganti dengan “kabut” asap kendaraan bermotor yang bikin macet jalan-jalan di kota. Dulu.., baju hangat menjadi wajib pakai setiap hari (dan jangan harap berani mandi kesorean), kini pakai kaos singlet dan mandi setiap saat, bukan masalah lagi.

Yup.., alasan pemanasan global, perkembangan teknologi, pembangunan kota, meningkatnya alat transportasi (dan kepentingan politik?), membuat kota Malang jauh berubah. Apa boleh buat, kota Malang yang makin semrawut, harus mulai akrab dengan teman barunya, yaitu: Banjir!



AddThis Feed Button