22 Desember 2008

Ibu, Semoga Selalu Sehat dan Tetap Semangat Ya !

Dari dua hari yang lalu sudah kepikiran, pas tanggal 22 Desember (nanti) – bertepatan peringatan Hari Ibu, ideal banget pokoknya – aku pengen nulis tentang Ibuku sendiri. Tapi, setiap mau memulai koq terasa sulit mencari kata-kata yang pas (hehehe… takut kualat, kata orang Jawa!).

Bukan, aku bukan aku mau melontarkan banyak pujian basa-basi, tetapi kenyataannya memang telah jutaan kenangan pahit dan manis silih berganti menyertai perjalanan hidupku bersama Ibu. Terutama, ketika Bapakku mulai sakit-sakitan – dan tentu saja tidak bisa lagi mencari nafkah untuk keluarga besar kami – Ibulah yang mengambil alih “pencari uang” dalam keluarga. Awalnya, dengan mulai usaha membuka warung makan.

Jujur, saat itu kami – anak-anaknya – tidak bisa menerima sepenuhnya, sebab rasanya “tidak pantas” keluarga kami membuka warung makan seperti itu (hmmm, sekarang baru kepikir, kalau saat itu Ibu ndak boleh buka warung, trus kami mau makan apa?).

Selepas Bapak meninggal di tahun 1985, Ibu makin bekerja keras. Termasuk menjahit dan menyulam yang menjadi salah satu kemahiran Ibu. Untungnya, 2 orang kakakku saat itu juga sudah mulai bekerja. Yang membuat kami terharu, meski banyak yang mulai “melamar” Ibu – dan kami anak-anaknya juga menyetujui jika Ibu menikah lagi – tetapi Ibu tidak bergeming untuk tetap membesarkan anak-anaknya (sampai tuntas) seorang diri. Ibu kasihan dan tidak ingin menghianati almarhum Bapak, begitu alasannya.

Masih banyak cerita-cerita tentang Ibu yang tak akan habis aku tulis disini, yang semuanya begitu melekat di benakku. Bisa jadi ini karena aku sudah lebih dari 21 tahun “meninggalkan” Ibu untuk merantau (sejak lulus SMA), sehingga rasa kangen begitu kuat, setiap saat. Memang, minimal satu tahun sekali aku sempatkan pulang ke Malang, tetapi kerinduan untuk selalu dekat dengan Ibu – seperti saat masih kecil dulu – selalu muncul di setiap kesempatan.

Kini, usia Ibu lebih dari 70 tahun. Dua kali kena serangan stroke ringan, tetapi dibantu dengan semangat untuk tetap sehat dan tidak mau merepotkan orang lain, Alhamdulillah Ibu bisa kembali sehat dan bisa berjalan dan beraktivitas ringan lainnya. Tak ada doa lain yang selalu aku panjatkan, selain mohon Ibuku diberi kesehatan dan umur panjang, sehingga Ibu bisa melihat “kesuksesan” anak-anak (dan cucunya), yang beliau asuh dan besarnya dengan status single parent. Setidaknya, cuplikan lirik lagu Iwan Fals ini, bisa mewakili apa yang aku rasakan saat ini:

Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas, ibu…

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas, ibu…

(Petikan lagu “Ibu” – Iwan Fals)






AddThis Feed Button