Lumpia yang selama ini dikenal
sebagai kuliner khas dari Semarang, sejatinya adalah jajanan tradisional
Tionghoa. Oleh karena itu jangan heran bila anda akan menemukan masakan
berbahan kulit tepung dengan beragam isian di dalamnya ini di daerah-daerah lain
yang banyak didiami kaum peranakan.
Malang -- yang sering dijuluki Bumi Arema -- sebagai salah satu
tujuan wisata kuliner yang lengkap di Jawa Timur, juga tak ingin ketinggalan
menyajikan menu Klasik Tionghoa. Meski lebih dikenal dengan menu ikon cwi mie
nya, “Kota Bunga” ini juga punya kue lumpia andalan yang banyak digemari.
Bagi yang penasaran seperti
apa rasanya Lumpia Malang, silahkan langsung meluncur ke Jalan K.H. Ahmad
Dahlan yang hanya berjarak beberapa menit dari Stasiun Kota Malang.
Anda akan menemukan sebuah
bangunan lawas berwarna krem, sebagai tempat Lumpia Hok Lay dijajakan. Aroma vintage kedai ini bukan untuk mengikuti desain tren kafe-kafe saat ini, namun
memang rumah nomor 10 adalah lokasi asli Almarhum Tio Hoo Poo menjual lumpia
besutannya di Malang sejak 1946.
Meski mengusung nama Lumpia
Hok Lay Semarang di bagian depan, namun dijamin jajanan kebanggaan kera
ngalam ini memiliki ciri khas tersendiri. Dibandingkan lumpia Semarang yang
umumnya berukuran cukup besar, lumpia Hoklay memiliki dimensi sedikit lebih
kecil.
Selain soal penampakan, saus
tauconya yang berwarna merah kehitaman tidak sekental bumbu lumpia Semarang.
Rasanya pun sudah sudah disesuaikan dengan selera orang Malang, tak terlalu
manis dengan sedikit sensasi asin-asin yang mengintip di lidah.
Sedangkan yang membuat
pengunjung ketagihan adalah tekstur kulit dan dagingnya yang sangat empuk dan
lembut, hampir menyamai kelembutan bumbu tauconya.
Sementara untuk isian lumpia,
lebih banyak mengandung wortel sehingga terasa lebih segar tanpa menutupi rasa
rebung lumpia yang khas. Satu porsi lumpia berisi dua lumpia goreng dengan
isian ayam dan rebung yang tidak mengeluarkan bau, dengan saus dan acarnya
cukup khas.
Pengunjung bisa memilih sesuai
selera apakah ingin lumpia goreng atau basah. Ciri lainnya, saat disajikan
lumpia tak hanya didampingi bawang prei, namun juga disertakan selada segar
berukuran besar. Kombinasi ini membuat pengalaman santap lumpia Hok Lay terasa
lebih nikmat.
“Cara memasaknya juga agak
berbeda dengan resep asli lumpia semarang, kulitnya tidak menggunakan bahan
telur,” kata generasi ketiga dari pengelola Lumpia Hok Lay, Iin, beberapa waktu
yang lalu.
Bersama sang kakak Budiman,
Iin menjalankan kedai legenda itu dengan ciri aslinya. Hampir seluruh isi
bangunan depot masih dipertahankan keasliannya, mulai ubin, kursi rotan, meja
makan dari kayu jati dan beberapa lukisan kuno.
Keramahan khas Malang lama pun
bisa dirasakan pengunjung dengan layanan ramah yang langsung diberikan oleh
pemilik kedai. Tak hanya itu, kedai Lumpia Hok Lay juga mempertahankan jam
operasional seperti zaman awal, yakni buka ada jam tutup istirahat pada pada
pukul satu siang hingga pukul empat sore.
Penasaran? Datanglah ke Bumi Arema....!
Penasaran? Datanglah ke Bumi Arema....!
***
Sumber: koran-jakarta.com