17 November 2018

Sensasi Gurih Lumpia Legedaris Hok Lay di Bumi Arema

Lumpia yang selama ini dikenal sebagai kuliner khas dari Semarang, sejatinya adalah jajanan tradisional Tionghoa. Oleh karena itu jangan heran bila anda akan menemukan masakan berbahan kulit tepung dengan beragam isian di dalamnya ini di daerah-daerah lain yang banyak didiami kaum peranakan.

Malang -- yang sering dijuluki Bumi Arema -- sebagai salah satu tujuan wisata kuliner yang lengkap di Jawa Timur, juga tak ingin ketinggalan menyajikan menu Klasik Tionghoa. Meski lebih dikenal dengan menu ikon cwi mie nya, “Kota Bunga” ini juga punya kue lumpia andalan yang banyak digemari.

Bagi yang penasaran seperti apa rasanya Lumpia Malang, silahkan langsung meluncur ke Jalan K.H. Ahmad Dahlan yang hanya berjarak beberapa menit dari Stasiun Kota Malang.

Anda akan menemukan sebuah bangunan lawas berwarna krem, sebagai tempat Lumpia Hok Lay dijajakan. Aroma vintage kedai ini bukan untuk mengikuti desain tren kafe-kafe saat ini, namun memang rumah nomor 10 adalah lokasi asli Almarhum Tio Hoo Poo menjual lumpia besutannya di Malang sejak 1946.

Meski mengusung nama Lumpia Hok Lay Semarang di bagian depan, namun dijamin jajanan kebanggaan kera ngalam ini memiliki ciri khas tersendiri. Dibandingkan lumpia Semarang yang umumnya berukuran cukup besar, lumpia Hoklay memiliki dimensi sedikit lebih kecil.

Selain soal penampakan, saus tauconya yang berwarna merah kehitaman tidak sekental bumbu lumpia Semarang. Rasanya pun sudah sudah disesuaikan dengan selera orang Malang, tak terlalu manis dengan sedikit sensasi asin-asin yang mengintip di lidah.

Sedangkan yang membuat pengunjung ketagihan adalah tekstur kulit dan dagingnya yang sangat empuk dan lembut, hampir menyamai kelembutan bumbu tauconya.

Sementara untuk isian lumpia, lebih banyak mengandung wortel sehingga terasa lebih segar tanpa menutupi rasa rebung lumpia yang khas. Satu porsi lumpia berisi dua lumpia goreng dengan isian ayam dan rebung yang tidak mengeluarkan bau, dengan saus dan acarnya cukup khas.

Pengunjung bisa memilih sesuai selera apakah ingin lumpia goreng atau basah. Ciri lainnya, saat disajikan lumpia tak hanya didampingi bawang prei, namun juga disertakan selada segar berukuran besar. Kombinasi ini membuat pengalaman santap lumpia Hok Lay terasa lebih nikmat.

“Cara memasaknya juga agak berbeda dengan resep asli lumpia semarang, kulitnya tidak menggunakan bahan telur,” kata generasi ketiga dari pengelola Lumpia Hok Lay, Iin, beberapa waktu yang lalu.

Bersama sang kakak Budiman, Iin menjalankan kedai legenda itu dengan ciri aslinya. Hampir seluruh isi bangunan depot masih dipertahankan keasliannya, mulai ubin, kursi rotan, meja makan dari kayu jati dan beberapa lukisan kuno.

Keramahan khas Malang lama pun bisa dirasakan pengunjung dengan layanan ramah yang langsung diberikan oleh pemilik kedai. Tak hanya itu, kedai Lumpia Hok Lay juga mempertahankan jam operasional seperti zaman awal, yakni buka ada jam tutup istirahat pada pada pukul satu siang hingga pukul empat sore.

Penasaran? Datanglah ke Bumi Arema....!

***

Sumber: koran-jakarta.com