20 April 2009

Sudahlah, Buang Mimpi Piala Dunia 2022 Itu!

Sepakbola Indonesia, kalau mau jujur, memang sudah tidak ada sisi menariknya lagi. Coba, di negara yang penduduknya sudah ratusan juta ini, apa yang bisa dibanggakan dari olahraga (yang katanya) sudah merakyat? Tidak ada! Mulai dari prestasi, skill pemain, pengelolaan klub, sampai roda kompetisi yang masih saja amburadul, ditambah beberapa pengurus sepakbola nasional yang terkena kasus pidana.

Dengan kondisi “kritis” macam itu, lha koq tiba-tiba – tidak ada hujan tidak ada angin – mau mencalonkan diri jadi tuan rumah piala dunia sepakbola tahun 2022. Itu hitungannya dari mana? Bukannya meremehkan (bahkan aku 100% pesimis), menyelenggarakan piala dunia itu bukan sekedar menyiapkan stadion bertaraf internasional minimal 8 semata, tetapi juga perlu infrastruktur lainnya, seperti: lapangan udara bertaraf internasional, hotel berbintang yang bisa menampung puluhan ribu orang, sarana jalan dan transportasi yang qualified, sumberdaya manusia yang mampu jadi guide ratusan tamu dari mancanegara, dan tim nasional sepakbola yang tangguh tentunya.

Dalam kondisi negara yang kurang stabil macam sekarang ini – dan aku yakin 12 tahun mendatang tak banyak perubahan yang berarti – rasanya mustahil kalau PSSI minta pemerintah untuk membantu menyediakan dana sebesar 10 triliun (busyet dah, berapa tuh nol-nya !) seperti perhitungan PSSI selama ini. Yang lebih tidak masuk akal, mereka membandingkan dengan Mexico, Brasil dan Afrika Selatan yang ekonominya tidak lebih baik dari Indonesia saja bisa menjadi tuan rumah piala dunia.

Ya tentu saja negara-negara (berkembang) itu bisa, karena selain didukung pemerintahnya, tim nasional mereka juga sudah masuk level dunia, punya prestasi tinggi. Kalau Indonesia, jangankan juara Asia, untuk tingkat Asean saja masih kalau dengan Vietnam, Singapura dan Thailand. Ya mana mungkin dalam 12 tahun bisa “menciptakan” kesebelasan yang tangguh ; apalagi dengan (coba-coba) mengontrak Guus Hidink sebagai pelatih (yaeeelaah…, Guus Hidink 12 tahun lagi udah umur 80-an, sehebat apapun dia, dengan umur segitu udah nggak bisa teriak lagi dari pinggir lapangan deh, hehehe…).

Sudahlah.., nggak usah mempolitisir sepakbola Indonesia (yang sudah carut marut ini). Masyarakat juga tidak bodoh-bodoh amat dalam menilai seperti apa bobroknya sepakbola kita sekarang ini. Yang bikin miris, kenapa sampai Menpora dan Wakil Presiden pun – tanpa mempelajari segala aspek positif negatifnya – langsung ikut-ikutan ngotot mendukung Indonesia jadi tuan rumah piala dunia 2022? Apakah ada hubungannya dengan politik dan pemilihan umum? Ironis memang…!