04 April 2008

Kandungan Biskuit, sekedar Trik Jualan ?

Kandungan vitamin, protein, dan karbohidrat dalam produk biscuit (wafer, cookies, cracker) bukanlah hal baru. Sejak beberapa tahun terakhir, hamper semua produk sudah mencantumkan daftar kandungan gizi sesuai tingkat takar tertentu dalam kemasan produk. Jika sekarang kandungan itu dijual sebagai keunggulan, apakah ini bukan sekadar trik pemasaran ?

Di mata Thomas Dharmawan – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) – mayoritas produsen biscuit merupakan perusahaan multinasional. Jadi mereka punya standar internasional bahwa kandungan nutrisi wajib dicantumkan.

Ada cerita di balik peluncuran produk Biskuat. Produk ini awalnya dimaksudkan Danone sebagai sumbangan untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat Asia. Tak perlu heran, produk ini belakangan meledak di Indonesia, Malaysia dan Bangladesh.

Garuda Food butuh waktu lama untuk menyiapkan Bismart berkandungan kolin lewat penelitian dan survey. Bahkan, Kepala Pemasaran Garuda Food (Budiman) berani menjamin bahwa komposisinya bisa di cek di laboratorium.

Jika gara-gara kandungan khusus ini produk akhirnya laris, Budiman tak menampik bahwa kandungan ini punya nilai jual. Dan ini bagian dari strategi pemasaran. Untuk bisa menguasai pasar, produsen harus menjual sesuatu yang beda.

Artinya, pilihan terakhir – apakah konsumen percaya atau tidak, memilih atau tidak – tentu end user inilah yang paling berhak menentukan. Termasuk anda juga, yang membaca tulisan ini.