02 Juli 2008

Ada Apa Dengan Roy Suryo (AADRS)?

Untuk kesekian kalinya, minggu ini di salah satu milist yang aku ikuti, rame (lagi) membicarakan Roy Suryo – lengkapnya : KRMT Roy Suryo Notodiprojo, lahir di Yogyakarta, 18 Juli 1968 – yang lagi-lagi seputar ucapannya (yang dianggap) kontroversial dalam salah satu acara talkshow di salah satu televisi swasta.

Secara pribadi, aku tidak memperdulikannya. Adalah hal biasa terjadi pro dan kontra terhadap seseorang yang sudah dianggap public figure, entah karena perbuatannya, tingkah lakunya, ucapannya atau peristiwa yang ditimbulkannya. Nah, kebetulan Roy Suryo akhir-akhir ini “tersangkut” masalah dengan komunitas IT Indonesia (setidaknya, begitulah kelompok yang selama ini selalu menentang Roy Suryo menamakan dirinya). Dan panasnya pertentangan tersebut juga diungkap di Wikipedia Indonesia.

Aku sendiri, awal-awal Roy Suryo muncul di televisi dengan “ilmu fotografi”nya, sempat terkagum-kagum. Hampir setiap ada masalah foto asli atau palsu --apalagi melibatkan public figure-- pasti Roy muncul dengan argumen yang terdengar stereotype (atau, memang yang benar seperti itu ya? hehehe…). Belum lagi saat bersengketa sampai pengadilan dengan Bu Chusnul Mar’iyah (bener enggak ya? Yang seputar masalah IT KPU itu lho…), aku makin terkagum-kagum.

Tapi… (ada tapinya!), makin lama sering muncul di televisi, menurutku Roy Suryo koq makin arogan dan sok banget ya? Seolah-olah yang “pinter” soal IT di Indonesia hanya dia saja. Terus, di salah satu koran aku baca tulisannya, koq makin sombong saja. Masak sebuah acara kuis di televisi (seolah-olah) akan “hancur” kalo tidak menuruti saran dan pendapatnya. Wuuuiih…. dahsyaat man !! Untungnya, aku masuk milist yang banyak membahas IT di Indonesia, jadi dapat “membandingkan” seberapa jauh IT menurut Pak Roy Suryo -- yang mendapat sebutan Pakar Telematika -- dan perkembangan IT Indonesia yang sebenarnya.

Its okay.., kesimpulannya aku memang (akhirnya) kurang simpatik dengan Roy Suryo ini, titik. Dan tanpa bermaksud memperpanjang masalah pro dan kontra terhadap bapak ahli meneliti foto palsu apa asli ini, menarik juga untuk menyimak salah satu tulisan yang selalu muncul setiap kali topik Roy Suryo mencuat sebagai subyek, yang aku ambil dari milist detiknet berikut ini :
---------------
Udah lah.. yang pasti si RS itu :
(1). Dia BUKAN dosen UGM, yang benar adalah pengajar tamu di Program D-3 Komunikasi UGM, mengajar fotografi (itu pun saya duga hanya beberapa semester saja, sekarang saya cek ke sana sudah tidak dipasang ngajar lagi). Terminologi dosen tamu ini sangat umum di UGM, terutama di program D-3.
(2). Status kepegawaian KRMTRSN adalah PND/dosen di Institut Seni Indonesia Jurusan Seni Media Rekam, para koleganya di sana sudah menganggap dia "tidak ada" karena dia sangat tidak aktif di ISI. Bahkan dalam banyak publikasi ia seakan-akan "menyembunyikan" statusnya sebagai dosen ISI.
(3). Ia sempat sekolah di Program S-2 Fakultas Kedokteran UGM (kalau tidak salah program Promosi Kesehatan). Tidak pernah menyelesaikan studi S-2 ini. Ia masuk ke S-2 FK UGM hanya gara-gara sang ayah yang dosen di FK UGM. Tidak lebih.
(4). Sewaktu orang rame-ramenya menyoal masalah Y2K dulu, ia diminta oleh Bank BPD DIY untuk membenahi TI di sana, hasilnya nol-besar. Ternyata ia hanya bisa berkomentar di media, tetapi ketika diminta untuk terjun langsung secara praktek di lapangan hasilnya nol besar.
(5). Bila sedang menjadi pembicara seminar, dia paling sering minta soft copy kepada pembicara lain, hingga suatu saat dia mencomotnya untuk "dijual" ke seminar yang lain. Untuk itu, kepada para pakar yang kebetulan satu sesi dengan dia, jangan sekali-sekali memberikan soft copy materi presentasi Anda kepada dia, kalau tidak mau kecolongan.
(6). Di komunitas fotografer amatir Jogja (HISFA) ia sudah tidak dianggap lagi, bahkan sudah terlalu sering diumpat para anggotanya hanya gara-gara ucapannya di media yang sering kebablasan.
(7). Teman-teman sering menggunjingkan dia sebagai orang yang "menyibukkan diri", ia orang yang sangat hiperaktif mengirim press release, maklumlah karena tidak ada kesibukan lain. Katanya: bagi Roy membuat press release yang sensasional lebih mudah daripada membuat anak, hehehehe. Ia sudah menikah hampir 10 tahun, belum punya anak juga, hehehehe.
(8). KRMTRS memang pernah mendaftarkan diri untuk menjadi dosen Fisipol UGM. Kejadian ini kira-kira tahun 1991. Waktu itu Rektor UGM adalah Prof. Moch. Adnan, dan Dekan Fisipol (kalau tidak salah) masih Prof. Ichlasul Amal. Menurut teman-teman saya di Fisipol, salah satu kegagalan KRMTRS adalahkarena indeks prestasi (IP) yang tidak memenuhi syarat untuk jadi dosen UGM, hehehehe. Ini factual! Dalam rangka memenuhi keinginan menjadi PNS, maka mendaftarlah ia menjadi PNS di ISI yang waktu itu baru saja membuka program studi Seni Media Rekam. Masuklah ia ke sana.