Tampilkan postingan dengan label Malaysia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Malaysia. Tampilkan semua postingan

22 November 2011

Top News Media Malaysia: Tiger Cubs Roar !


Bisa jadi topik pembicaraan yang paling hangat dibicarakan (mayoritas) rakyat Indonesia – sejak tadi malam – adalah kekalahan dramatik melalui adu penalti 3-4 tim nasional Indonesia dari Malaysia di ajang final SEA Games 2011, untuk cabang sepakbola. Sedih, menyesal, gemas, marah atau perasaan campur aduk, tertuang diberbagia media sosial, mulai dari twitter sampai facebook.

Sebaliknya, di negeri jiran sendiri, kemenangan tim ‘harimau muda’ Malaysia ini disambut dengan suka cita. Di berbagai media cetak dan online, tim nasional Malaysia dipuja-puji sebagai pahlawan olahraga sepakbola negeri itu, dengan cara-cara dan tulisan khas Malaysia, tanpa menghujat Indonesia.

26 Desember 2010

Memang Benar, (Kata Media Malaysia) Tim Nasional Kita “Jaguh Kampung” !

Setelah menyimak kekalahan tim nasional Indonesia dengan telak, 0-3 dari Malaysia semalam, rasa penasaranku yang pertama muncul adalah bagaimana media massa di kedua negara menyikapi hasil pertandingan ini. Karena, saat Malaysia dibantai tim Garuda 5-1 silam – seperti yang aku tulis di blog ini – sikap media massa Malaysia ternyata lebih bijaksana dibanding ke-lebay-an hampir seluruh media yang ada di negeri ini, baik cetak, online maupun televisi.

Dan benar, berbagai alasan diluar nalar (non-teknis?) bermunculan, mulai dari banyaknya seremonial yang dilakukan timnas dengan salah satu partai politik, wawancara media massa yang tidak mengenal waktu, sampai gangguan sinar laser yang nyatanya hanya ditujukan pada kiper Markus Haris Maulana seorang. Sedang faktor teknis, seperti psikologi pemain yang baru pertama bermain di kandang lawan, strategi pola permainan, dan beban mental pemain karena ekspektasi tinggi penggila bola tanah air sama sekali tidak disinggung.

Bandingkan dengan media di negeri Jiran, yang rata-rata menyebut kekalahan Indonesia karena termakan oleh ‘kesombongannya’ sendiri, yang merasa paling jago di kawasan Asia Tenggara. Meski kenyataannya, tim nasional Indonesia adalah ‘jago kandang’ karena hanya bisa menang di kandang sendiri, tetapi bernyali kecil di kandang lawan.

It’s okay.., kenyataannya memang begitu. Sepakbola Indonesia memang belum masuk tahap ‘super’ untuk kawasan Asia Tenggara, tetapi bahwa ada ‘peningkatan’ dalam sisi mentalitas, spirit dan skema bermain yang lebih terpola, itu juga patut diapresiasi.

Sebagai referensi untuk melihat seberapa jauh media massa Malaysia mewartakan kemenangan tim nasionalnya atas Indonesia, berikut petikan dari media Harian Kosmo dalam versi Kosmo! Online, yang diberi title Malaysia garang :

-----------------SKUAD bola sepak Indonesia sebenarnya tidaklah sekuat mana dan terbukti mereka memang layak digelar ‘jaguh kampung’. Keegoan Indonesia akhirnya memakan diri apabila Malaysia dengan mudah membelasah mereka 3-0 pada aksi perlawanan akhir pertama Kejohanan Bola Sepak Piala Suzuki AFF 2010 di Stadium Nasional, Bukit Jalil malam tadi.

Terikat 0-0 pada separuh masa pertama, Malaysia meledak tiga gol tersebut pada babak kedua menerusi Mohd. Safee Mohd. Sali pada minit ke-59 dan 71 serta pemain gantian, Mohammad Ashari Samsudin pada minit ke-67. Ia meletakkan Malaysia kini sebelah tangan untuk menjulang trofi Piala Suzuki AFF buat pertama kali sejak kejohanan ini diperkenalkan pada 1996.

Namun kejuaraan mutlak untuk edisi kelapan ini hanya akan ditentukan selepas berakhirnya final kedua di Stadium Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Rabu ini.

Pada aksi malam tadi, suasana bingit oleh 75,000 penyokong Malaysia serta 15,000 penyokong Indonesia telah menghangatkan babak awal permainan. Namun pemain sayap kiri Indonesia, Oktovianus Maniani dan pemain sayap kanan Malaysia, Amirulhadi Zainal kempunan untuk beraksi pada final kedua nanti kerana memungut kad kuning kedua. Oktovianus dilayangkan kad kuning seawal minit kelima sebelum Amirulhadi menerima nasib sama pada penghujung babak pertama.

Kerancakan permainan terhenti pada minit ke-53 akibat gangguan sinaran laser terhadap penjaga gol Indonesia, Markus Harison Rihihina ketika Malaysia mendapat sepakan penjuru. Masa permainan berjalan selama enam minit tanpa aksi cemas tetapi tidak sampai seminit selepas ia bersambung semula, Malaysia berjaya memperoleh gol pertama.

Jaringan pada minit ke-59 itu terhasil setelah Norshahrul Idlan Talaha bijak membawa bola secara solo dari penjuru kanan melepasi Maman Abdulrahman dan melorongkannya untuk dirembat masuk oleh Safee. Hanya lapan minit kemudian, Malaysia terus selesa dengan gol kedua juga menerusi gerakan Norshahrul dari sebelah kanan tetapi kali ini lorongan cantiknya disudahkan pula dengan rembatan Ashari yang masuk menggantikan Amirulhadi. Malaysia terus mengukuhkan kedudukan apabila mem peroleh gol ketiga pada minit ke-71 menerusi tandukan cantik Safee hasil hantaran lintang S. Kunanlan dari sebelah kanan.

Ketika masa kecederaan selama lapan minit diberi, Malaysia sepatutnya dihadiahkan sepakan penalti setelah Kunanlan dijatuhkan Markus tetapi pengadil, Toma Masaaki dari Jepun sebaliknya memberikan sepakan gol buat Indonesia.

Indonesia sepatutnya menyalahkan diri sendiri atas kekalahan tersebut kerana mereka terlalu gemar untuk melakukan protes kononnya penjaga gol diganggu oleh pancaran laser. Yang peliknya, mereka akan melakukan protes setiap kali Malaysia mendapat sepakan percuma di hadapan pintu gol mereka.

Apa yang pasti, bukan pancaran laser yang menjadi penyebab kerana kesemua tiga gol Malaysia dihasilkan menerusi gerakan padang. Ia sekadar helah penjaga gol Indonesia untuk menyembunyikan gementarnya.

***
photo sources: Kosmo! Online





11 Mei 2008

Blogger pun bisa kena sangsi hukum

Memang, kejadian ini bukan di Indonesia, melainkan di negeri serumpun, Malaysia. Hanya gara-gara menulis artikel yang berisi tuduhan terhadap Wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Razak terlibat dalam pembunuhan model asal Mongolia setelah dugaan almarhumah memberi jasa seks, seorang pemilik blog atau web log (blogger) bernama Raja Petra Raja Kamaruddin harus meringkuk di tahanan.

Dalam penahanan yang terjadi tanggal 6 Mei 2008 tersebut Raja Petra mengaku tidak bersalah dan menolak membayar tebusan. Raja Petra ditahan dan akan diadili 5 bulan mendatang, yaitu 6 Oktober 2008.

Sebagai bentuk solidaritas, puluhan anggota oposisi dan blogger berkumpul di luar pengadilan Kuala Lumpur, untuk memberi dukungan kepada Raja Petra. Sesuai hukum yang berlaku di Malaysia, jika Raja Petra terbukti dan sah bersalah, akan mendekam dalam penjara selama tiga tahun. Para simpatisan menganggap bahwa penahanan Raja Petra ini dianggap sebagai upaya membelenggu kebebasan berbicara dan berpendapat.

Dan satu hal yang menurut saya bisa diambil hikmah adalah, bahwa sebebas apapun dunia blog memberi ruang pada kita, tentu ada hal yang memang harus “dijaga” agar kita memanfaatkan blog tidak kebablasan. Toh, meski makna kebebasan sifatnya absurd, tentu tetap ada batas dan tatanan yang tidak boleh dilanggar. Dan tidak menutup kemungkinan, suatu saat, hal semacam ini akan terjadi pada blogger di Indonesia!