Tampilkan postingan dengan label APJII. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label APJII. Tampilkan semua postingan

31 Juli 2008

Tarif Internet di Indonesia Diserahkan pada Mekanisme Pasar

Dianggap persaingan usaha di layanan internet sudah sehat dan wajar, pemerintah akhirnya mengakui tidak dapat mengintervensi tarif internet supaya lebih murah. Maka, pemerintah menyerahkan penentuan tarif internet pada mekanisme pasar. Walau begitu, pemerintah optimistis, justeru mekanisme pasar di bisnis penyedia jasa internet bakal menurunkan tarif antara 20% hingga 40%. Seperti dikatakan juru bicara Ditjen Postel Gatot S. Dewa Broto, mekanisme pasar ini dipastikan akan menurunkan tarif seperti yang diinginkan pemerintah.

Sebab, dimata pemerintah, persaingan usaha di layanan internet sudah sehat dan wajar. Kondisi ini bisa memicu turunnya tarif. Penyelenggara Jasa Internet (PJI) non-operator telekomunikasi diharapkan tak perlu takut bersaing dengan PJI operator telekomunikasi seperti Telkom, Indosat dan XL. Menurut Gatot, sekarang ini penyedia jaringan bukan hanya operator. PJI juga punya banyak pilihan dalam menyewa jaringan.

Sebaliknya, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai persaingan usaha di layanan internet belum sehat dan wajar. Menurut APJII, ada ketidakadilan dalam bersaing. Soalnya, PJI menyewa jaringan dari operator. Akibatnya, tarif ke pelanggan jadi lebih mahal. Solusinya, seperti dijabarkan Sylvia Sumarlin – Ketua Umum APJII – kalau mau sehat, mestinya operator lebih fokus menggarap layanan internet dengan koneksi wireless broadband. Sedangkan PJI melalui teknologi wireline.

Dan, apakah (nantinya) ada titik temu, antara keinginan pemerintah dan APJII. Tentunya, seperti biasanya, diperlukan waktu untuk duduk bersama dalam upaya menyamakan persepsi. Mungkinkah?

18 Mei 2008

Internet via kabel listrik, ternyata mahal

Beberapa tahun silam, saya sempat kaget campur gembira ketika membaca sebuah berita tentang internet melalui kabel listrik. Bahkan, disebutkan pula dalam berita tersebut, PLN telah menguji coba di salah satu komplek perumahan dengan hasil memuaskan. Sayangnya, setelah itu tidak ada kabar – atau saya memang belum pernah membacanya lagi ? – tentang kelanjutan proyek tersebut. Sampai minggu ini saya temukan lagi berita bahwa biaya internet lewat kabel listrik lebih mahal dibanding internet konvensional yang sudah ada saat ini.

Itulah sebabnya, mengapa para penyelenggara jasa internet (internet service provider / ISP) hingga kini belum menganggap kabel listrik sebagai alternative baru untuk akses ke dunia maya. Lantaran itulah banyak ISP belum melirik pengembangan proyek internet lewat kabel listrik atau BPL (Broadband over Powerline) yang sekarang tengah dikembangkan Icon+, anak perusahaan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Bahkan, sesuai yang disampaikan Silvya Sumarlin sebagai Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang dimuat dalam harian Kontan, bahwa sampai sekarang belum satupun anggota APJII yang mengadopsi teknologi BPL. Penyebabnya karena tarif sewa jaringannya sangat mahal.

Sebagai gambaran, tarif sewa BPL saat ini sebesar Rp. 25 juta per 2 megabyte per second (mbps). Jumlah itu dua kali lipat lebih mahal ketimbang tarif sewa jaringan PT. Telkom yang hanya Rp. 13,3 juta per 2 mbps. Jadi, kalau ada ISP yang mengadopsi BPL, itu justeru aneh. Karena hitung-hitungan ekonomisnya tidak masuk. Bila saja tarifnya lebih murah, pasti banyak yang berminat dengan teknologi BPL, terutama ISP di daerah daerah.

Bila hal itu terjadi, APJII yakin peluang PLN untuk eksis di pasar telekomunikasi terbuka lebar. Bisnis ISP pun bakal menjadi lebih semarak. Sebab para pelaku usaha mempunyai dua pilihan, mau memanfaatkan teknologi BPL, atau sekadar tergantung pada kabel-kabel konvensional. Dan tidak menutup kemungkinan nantinya teknologi BPL bisa menjadi kekuatan utama, khususnya di daerah atau pedesaan.

Kesimpulannya, kayaknya untuk sementara waktu saya harus menahan diri, untuk bisa dengan cepat menikmati internet via kabel listrik. Selain memang belum ada provider yang memasarkan langsung, harganya itu lho.., mahaaal…!!